introspeksi : harapan dibalik bayang-bayang
Ramai.
Manusia. Kalau masih pantas disebut
manusia. Adat tolong โ menolong seakan pudar. Aku juga hanya bisa menonton dan
berkomentar. Tapi aku sedang tidak mempermasalahkan itu.
Hiruk
pikuk ini membuatku sepi. Sepi membawaku berangan masa depan yang menjadi
jagoanku jika aku buntu. Duduk di sebuah cafe di pusat kota, menikmati secangkir
kopi pahit hangat di cuaca yang sedikit berangin tapi membuautku menggigil
berkali-kali, yang sekali teguk membuat otakku jatuh pingsan membawaku ke dunia
bayang-bayang.
Aku
tidak cantik. Aku tidak seksi. Tapi dunia imajinasiku dibawah kontrolku. Hati kecilku
yang jahat tersenyum licik.
Aku
cantik, seksi, proporsional. Lenganku tidak menggelambir, pipiku tidak tembam
menyebabkan senyumku membuat wajahku jadi miring, perutku tidak buncit, pahaku
kencang, bokongku kencang dan montok, betisku standar wanita bukan standar
pekerja keras. Warna kulitku tidak belang, putih seutuhnya bukan setengah badan
putih setengah badan sawo matang. Rambutku cukup memuaskan. Lurus. Dan aku suka
warna rambutku yang dulu sebelum kuwarnai biru hitam dan lebih menyesal lagi
jika harus kuceritakan dari yang tadinya warna asli rambutku coklat kemerahan
menjadi ungu, merah, coklat seperti sekarang.
Walaupun
mungkin tidak terjadi, tapi aku masih mengharapkan itu akan terjadi dan masih
berharap.
Lalu
apa?
Apa
selanjutnya setelah aku mendapatkan itu semua?
Tujuanku
selanjutnya apa? The next move?
Apakah
aku bahagia kalau sudah berhasil menggapainya?
Yakinkah
aku jika aku bisa seperti itu aku sudah sukses?
Sebenarnya
bukan pertanyaan itu yang ingin aku tuliskan tapi entah kenapa setelah membaca
ulang, pertanyaan itu keluar dan yang harus aku tuliskan malah hilang entah
kemana.
Ini
merupakan introspeksiku yang kesekian kali di saat aku hampir mencapai garis
finish tapi keraguan datang kembali menggagalkan semua NIAT yang sudah berusaha
kubangun sedikit demi sedikit.
Introspeksi
yang membawaku hampir ke finish tapi dikalahkan oleh nafsu besar. Dan aku
kembali terpuruk.
Dan
kembali ini hanya harapan di balik bayang-bayang